Sunday, April 21, 2013

Masjid Argam-Palu, Kokoh Di Atas Laut

Di Kota Palu, tepatnya di Teluk Palu ada sebuah masjid yang unik yang merupakan masjid apung. Ini mungkin merupakan salah satu dari sedikit masjid yang dibangun di atas laut. Memang tidak ada keutamaannya, tetapi termasuk unik dan langka. 

Namanya Masjid Argam Bab Al-Rahman. Masjid yang diresmikan oleh Gubernur Sulawesi Tengah H. Longki Djanggola pada tahun 2012 M/1433 H ini sempat disambangi oleh Tim Jam Kumpul waktu perjalanan pulang dari Pantai Tanjung Karang menuju Palu pada awal April 2013. 

Untuk berwudhu bisa di dekat pintu gerbang masjid (di darat) atau di dalam masjid. Lumayan juga jarak dari gerbang masjid menuju tempat shalat yang berada di atas laut. Angin kencang selalu berhembus dari laut menuju pantai. Sekawanan burung camar terlihat melayang-layang di sekitar masjid.

Kami tidak meniatkan safar ke masjid ini, jadi kunjungan kami di masjid ini hanya sekedar menumpang tempat shalat untuk kemudian melanjutkan perjalanan menuju kota Palu.




Masji Argam Bab Al Rahman yang berdiri di atas laut. Unik. Foto milik Happy Chandraleka




 


Gerbang menuju masjid. Foto milik Happy Chandraleka




Laut lepas teluk Palu dilihat dari sisi timur masjid.


---
Teks dan foto oleh Happy Chandraleka
Semua foto milik Happy Chandraleka
Sore hari di Ruang 7, Depok
21 April 2013 
10 Jumadal Akhirah 1434 H

Wednesday, April 17, 2013

Bawang Goreng Mbok Sri, Oleh-Oleh Khas Palu

Apa yang khas dari Palu?? Kaos? Ada dong. Kalau cemilan, ya bawang goreng. Tadinya agak kaget juga pas ada yang bilang oleh-oleh khas Palu adalah bawang goreng. Bukannya bawang goreng itu khas-nya Brebes yah? Tetapi kenyataannya memang bawang gorenglah yang menjadi 'trade mark' kota Palu. 

Alhamdulillah, waktu ke Palu pada bulan April 2013, kami sempat blusukan cari-cari bawang goreng di kota ini. Ternyata yang jual bawang goreng ada di sebuah rumah di perumahan BTN Mutiara Indah Blok E no. 3. Penjual bawang goreng ini yang dapat dihubungi di nomor telepon 0451-482085, ternyata adalah seorang yang sudah sepuh, namanya mbok Sri. Begitu biasa dipanggil. 

Yang dijual beragam, selain bawang goreng yang merupakan produk unggulan, ada juga cemilan lain seperti abon, keripik, juga sarung khas Donggala. Harga insya Allah terjangkau. Bawang goreng mbok Sri memang terkenal nikmat. Selain itu tidak ada minyak yang tersisa, tidak seperti bawang goreng yang lain. 

Beliau juga mendapat apresiasi dari Kanjeng Paku Alam IX dari D.I. Jogjakarta. Yang lebih heboh lagi mbok Sri pernah mendapat Penghargaan Adibakti Mina Bahari Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Tingkat Nasional Tahun 2012 Kategori Usaha makro dan menengah pengolahan terbaik. Wah, salut deh sama mbok Sri biar sudah sepuh tapi masih bisa berprestasi.


Papan nama mbok Sri di perumahan. Foto milik Happy Chandraleka

Sarung Donggala, khas dari Palu. Foto milik Happy Chandraleka

Abon Sapi produk mbok Sri. Foto milik Happy Chandraleka

Bawang putih goreng, tanpa minyak. Foto milik Happy Chandraleka

Foto mbok Sri bersama Kanjeng Paku Alam IX. Foto milik Happy Chandraleka

Piala penghargaan buat mbok Sri. Foto milik Happy Chandraleka

Camilan lain, silahkan pilih. Foto milik Happy Chandraleka

Ini yang kami beli... hehe, buat sekedar oleh-oleh aja. Foto milik Happy Chandraleka

Mbok Sri. Foto milik Happy Chandraleka

Tester buat pembeli biar makin penasaran. Foto milik Happy Chandraleka

Abon ikan Roa. Foto milik Happy Chandraleka

Juara I buat mbok Sri. Foto milik Happy Chandraleka

Piala terpajang di etalase. Foto milik Happy Chandraleka

Rumah mbok Sri. Foto milik Happy Chandraleka

Mbok Sri, tetap setia mendampingi pembeli. Foto milik Happy Chandraleka


---
Teks dan foto milik Happy Chandraleka
17 April 2013
Jam 07.44 WIB
di Perpustakaan Sekretariat Badan Litbang
Kementerian Kesehatan

Wednesday, April 10, 2013

Tanjung Karang Palu, Pantai Pasir Putih, Lautnya Biru, Bikin Kangen

Tanjung Karang dikaruniai kebaikan oleh Allah Yang Bersemayam Di Atas Arsy. Pasalnya negeri ini mempunyai pantai yang berpasir putih, lautnya tenang dengan air yang bersih dan jernih serta berwarna biru. Tidak jemu-jemu memandangnya. Subhanallah, baru kali ini saya melihat laut yang begitu indah. 

Tanjung Karang dapat ditempuh dari Palu menuju utara dengan kendaraan selama sekitar 1 jam. Ya, kecepatannya biasa saja, gak sampai kecepatan balap mobil. 

Tidak perlu bayar tiket retribusi buat masuk ke area pantai ini meski untuk duduk-duduk di balai-balai buat berjemur akan ada tarif khusus yang harus dibayar ke penyedianya, yaitu penduduk setempat. 

Asli, pantainya berpasir putih, lautnya itu lho bening banget sampai bisa lihat dasarnya. Tidak heran di sini ditawarkan juga snorkeling. Tetapi karena saya tidak bawa alat-alat selam ya jadi saya gak bisa menikmati keindahan karang dan dasar lautnya. Phew, gaya banget alasannya .... :)

Kami serombongan dari Jakarta, menikmati alam indah ini dengan foto-foto, jeprat-jepret sana sini, sambil sesekali narsis. Ya, itung-itung mengabadikan momen. 

Tetapi sayang banget, kesini gak sempat berenang, karena waktu yang mepet. Dan sayang juga di pantai yang berpasir putih ini, banyak sampai berserakan. Wah, harusnya dibersihkan nih. Moga Pemda daerah ini bisa mengambil langkah-langkah pasti agar pantainya makin indah. 

Walau bagaimana pun hati telah tertambat, pengen juga suatu saat datang lagi melihat biru dan beningnya laut di Tanjung Karan. 






















---
Teks dan Foto oleh Happy Chandraleka
Semua foto milik Happy Chandraleka
Ditulis di Ruang Kelas 
Pelatihan Open Journal System
di Pusbindiklat Peneliti-LIPI
Cibinong-Bogor
10 April 2013

Monday, April 8, 2013

Kaledo Stereo Khas Palu, Rempah-Rempahnya Kerasa Banget

Awal April 2013 alhamdulillah Tim Jam Kumpul sempat mengunjungi pulau yang mirip dengan huruf K, yaitu Sulawesi. Kami bertandang ke kota Palu yang berada di ujung Teluk Palu. Udara yang lebih panas dari kota Jakarta bukan halangan, kami tetep maju. :)

Setelah kami kasak-kusuk tanya-tanya dimana warung kaledo, alhamdulillah pada malam hari kami sambangi warung yang menjajakan kuliner kaki lembu donggala alias kaledo. Posisinya ada di Jalan Diponegoro Palu. Tim segera meluncur ke TKP dengan diantar oleh seorang sopir yang baik hati. Ciieh. 

Sang sopir menawarkan kaledo sumsum yang merupakan kaledo yang paling layak dicoba. Okeh, saya setuju. 

Warungnya termasuk bersih dan nyaman. Banyak foto-foto artis yang mampir ke warung tersebut. Ya, wajarlah sekalian jadi bukti buat menaikkan rating warungnya ... hehe. Ada juga orang bule yang sempat tandang ke warung ini. Hmmm, berarti memang ini warung recomended banget, ya lihat aja tanda-tanda jaman. :)

Kaledo sumsum pun datang. Wah, ada sedotannya.... ! Saya langsung ngeh, ini buat nyedot sumsum yang ada di dalam tulang. Wah, mantap nih. Icip-icip kuahnya dulu. Kaledo memang mirip dengan sop iga kalau di Jakarta. Kuahnya bening. Tetapi rempah-rempahnya itu lho, kerasa banget. Selain itu agak sedikit pedas. Hmmm, top markotop nih kuliner. Dagingnya juga empuk. Te oo pe dah. 

Yap ini memang kuliner yang patut kita coba kalau main-main ke Palu. Catat yah, kaledo sumsum di Jl. Diponegoro. Otree...
 





Kaledo Sumsum ada sedotannya buat nyedot sumsum. Mantap. Foto milik Happy Chandraleka







---
Teks dan foto oleh Happy Chandraleka
8 April 2013 Jam 13.30 WIB
di Pusbindiklat Peneliti-LIPI
Cibinong
Saat Pelatihan Open Journal System

Sunday, April 7, 2013

Catatan Perjalanan ke Donggala Sulawesi Tengah

Donggala. Dimana ya? Kalau dilihat di peta, daerah ini terletak di Sulawesi Tengah di sekitar Teluk Palu. Dapat ditempuh dengan kendaraan mobil selama sekitar 50 menit ke arah utara dari kota Palu. Donggala ini sebenarnya ada dua daerah yang dipisahkan oleh Teluk Palu. Sebut saja Donggala bagian Timur dan Barat. Pusat pemerintahan Kabupaten Donggala ada di bagian Barat, sedangkan kantor kami ada di Donggala bagian Timur di Labuan Panimba. 

Untuk sampai ke Donggala, kami menunggangi maskapai Garuda Indonesia yang berangkat sekitar jam 09.00 WIB dari Jakarta. Kemudian transit di Makassar sekitar 30 menit. Setelah itu baru berpacu menuju Bandara Mutiara Palu. Bandara Mutiara Palu termasuk sederhana, tetapi masih lebih maju daripada Bandara Tambolaka di Pulau Sumba yang pernah saya datangi sewaktu perjalanan menuju kota Waikabubak di Nusa Tenggara Timur. 

Dari Bandara Mutiara, kami langsung meluncur ke Jl. Monginsidi tempat kami menginap, yaitu di Hotel Sentral. Tarif taksi dari bandara ke hotel adalah Rp. 52.000. Pesan saja taksinya di counter di luar bandara. 

Apa saja ya yang bisa dinikmati di Palu-Donggala ini? Banyak. Berikut ini kegiatan kami di daerah ini yang akan kami tumpahkan dalam bentuk tulisan di blog ini:
- Makan sea food 88 di tepi Jl. Monginsidi Palu
- Makan pempek di Kedai 10 di Palu
- Beli bawang goreng Mbok Sri di Palu
- Cari-cari kaos Palu
- Makan sea food di Mogold Sea Food di Palu
- Menikmati keindahan Masjid Argam yang merupakan masjid apung di atas laut
- Menikmati biru dan beningnya laut di Pantai Tanjung Karang
- Makan Kaledo khas Palu di Kaledo Stereo
- Beli sarung donggala di Palu
- dll

Yup, itu kegiatan di Palu-Donggala. Silahkan baca saja ya... 

Suasana kota Palu

Seorang teman sedang menikmati suasana kota Palu

Hotel Sentral di Jl. Monginsidi Palu

Hotel Sentral berada di tepi jalan besar

Ruang tunggu di Bandara Mutiara Palu

Di Cafe ini ada musholla tempat sholat, daripada harus ke luar bandara

Perahu Phinisi di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar

Bandara Mutiara Palu

Informasi Hotel Sentral Palu

---
Teks dan foto oleh Chandra
7 April 2013/26 Jumadal Ula 1434 H
Pagi hari di Ruang 7 Depok

 


IP