Thursday, February 11, 2016

Pasar Hamadi: Sentra Kerajinan Tangan Khas Papua

Kalau ke Jayapura, sempatkan cari oleh-oleh khas Papua di Pasar Hamadi. Di sini banyak toko-toko souvenir berjejer-jejer di depan Pasar Hamadi. Tinggal pilih.

Waktu itu, tim Jam Kumpul dari hotel di kawasan Entrop meluncur menggunakan taksi. Cukup sekali naik taksi dengan ongkos Rp 4000. Niat hati mencari tas noken yang merupakan tas dari kulit kayu asli Papua. Sempat tanya-tanya di hampir semua toko. Memang tidak semua menjual tas noken, karena memang langka, katanya gitu. Ada yang jual, tetapi harganya mahal. Bisa mencapai Rp 200.000 untuk ukuran sedang. 

Walhasil, tas noken tidak ku dapat. Setidaknya pengalaman dapatlah... 



---
Teks dan foto oleh Chandra
Ditulis di Tawangmangu saat hujan deras
Jumadal Ula 1437 H/Februari 2016 M
 

Ini Angkot atau Taksi?

Tiap daerah punya hal-hal yang berbeda dan unik dengan daerah lain. Di daerah Aceh ada becak motor, di Jogja ada dokar. Termasuk juga di Jayapura ada Taksi. Lho, kok taksi. 

Taksi yang ini juga beda dengan taksi yang di Jakarta. Taksi ini sebutan untuk mobil angkutan kota. Kalau di Jakarta, angkot ya angkot, kalau di Jayapura, taksi ya angkot itu sendiri, dan gak ada yang namanya taksi dari mobil sedan. 

Taksi di sini adalah mobil Suzuki Carry dengan desain yang masih sesuai aslinya. Tidak dimodif. Masih sesuai lisensi dari pabriknya... :). Pintu masuk penumpangnya masih asli, bahkan susunan tempat duduknya juga masih asli. Jadi beda jauh dengan angkot di Jakarta, apalagi dibanding taksi Silver Bird.





----
Teks dan foto oleh Chandra
Ditulis di Tawangmangu
Jumadal Ula 1437 H /Februari 2016 M
Sore hari yang hujan deras

Menikmati Kota dari Puncak Jayapura City

Alhamdulillah, pada Rabiul Akhir 1437 H/Januari 2016 Tim Jam Kumpul sempat sowan ke bumi Papua. Ya, memang urusan dinas soal sosialisasi Open Journal Systems, tetapi ada teman yang baik hati mengantarkan kami jalan-jalan. 

Untuk menikmati kota Jayapura, katanya, baiknya dari ketinggian, yaitu naik ke puncak Jayapura City. Memang dari kejauhan di puncak bukit ada tulisan besar 'Jayapura City'. Jadilah kami ke sana dengan mobil ranger Ford. Ini mobil mantep bener deh, jalan mendaki bukan halangan. 

Sampai di sana disambut tulisan Jayapura City di papan. Tempat ini memang belum dikelola dengan baik. Cuma ada pedangan cemilan kecil di gubuk yang sederhana. Tempat duduk yang nyaman juga tidak banyak. Dan soal sampah juga jangan ditanya. Tetapi bagi saya itu semua terbayarkan dengan melihat kota Jayapura dari ketinggian. Memandang lepas ke kota dan laut di tepinya. 

Kebanyakan emang anak muda yang kesini, sebagiannya masih berseragam sekolah. Sebetulnya asik juga di sini, tetapi karena waktu yang sempit ya, sekedar tahu saja. 

Asli, sebenarnya tidak ada tarikan retribusi di sini, tapi pas kami pulang mobil kami dicegat beberapa bocah yang minta 'uang parkir' sebesar Rp. 20.000. Hehe... 









----
Teks dan foto oleh Chandra
Ditulis di Balai Diklat Tanaman Obat
di Tawangmangu
Jumadal Ula 1437 H/ Februari 2016 M 
di saat sore hujan deras


IP